Kekuatan Doa

Doa
Oleh: Shamsi Ali

Disebutkan dalam sebuah cerita yang disampaikan oleh seorang da'i terkenal dari Pakistan. Diceritakan bahwa ada seorang dokter ahli penyakit tertentu di Pakistan. Dokter ini adalah satu-satunya yang memang terkenal untuk spesialisasi itu.

Suatu hari dia akan melakukan perjalanan ke sebuah daerah yang sangat terpencil di sebuah daerah pegunungan. Tentu dengan memakai pesawat kecil yang hanya memuat sekitar 6 orang.

Penerbangan berjalan baik, hingga di saat memasuki sebuah daerah pegunungan yang jauh dari kota tiba-tiba udara memburuk. Hujan deras, diikuti guntur dan halilintar. Beberapa saat kemudian tiba-tiba pesawat kecil itu oleng keras. Semua penumpang, termasuk pilot Muslim itu hanya bisa bertakbir, beristigfar, dan membaca doa.

Sekitar 20 menit kemudian, pilot menyampaikan bahwa salah satu bagian mesin pesawat mengalami gangguan berat dan harus dilakukan pendaratan darurat.

Pesawat itupun mendarat di sebuah lembah di antara pegunungan itu. Di tengah hujan lebat, guntur dan kilat, semua hanya bisa berlindung dalam pesawat menunggu udara membaik.

Berjam-jam mereka menunggu, bahkan malam hampir tiba, namun udara bahkan semakin memburuk. Tiba-tibi di kejauhan nampak sorotan lampu. Ternyata tidak jauh dari tempat itu ada jalan kecil yang biasa dilalui mobil truk pengangkut barang.

Merekapun sepakat mendekati ke arah lampu itu dan menyetop mobil truk itu. Mereka memohon kepada sopir truk itu agar dizinkan ikut ke kota. Sang sopir yang juga Muslim taat itu tentu merasa kasihan dan membolehkan mereka menumpang, walau dalam keadaan basah kehujanan.

Baru beberapa saat mobil itu berjalan tiba-tiba kepleset dan salah satu bannya terjatuh ke lobang yang dalam. Mereka mencoba mendorong, menggali, tapi nampaknya truk itu lebih berat.

Mereka pun sepakat untuk meninggalkan sementara truk itu. Mereka kedinginan, kelaparan, dan sudah tentu kelelahan dalam perjalanan itu. Mereka berjalan, berjalan, dan berjalan dengan harapan untuk segera menemukan tempat penginapan.

Setelah berjam-jam berjalan tiba-tiba di pinggir sebuah kali kecil, di samping pegunungan itu, ada sebuah gubuk yang terbuat dari tanah liat. Sangat sederhana dan kecil.

Mereka pun sepakat untuk mengetuk pintu rumah itu dengan harapan bisa mendapatkan sesuatu yang dimakan, atau bisa istirahat.

Tiba-tiba pintu dibuka dan nampak seorang nenek dengan pakaian kumuh, tapi memakai cadar. Orang itu sangat ramah dan sopan. Setelah mereka menceritakan peristiwa yang mereka alami, sang nenek mempersilahkan mereka masuk rumah itu. Bahkan sang nenek menyajikan makanan seadanya roti India, subzi (sayuran), dan ditutup dengan teh India (teh tarik).

Di samping dapur nenek itu terbaring seorang anak, sekitaran 7 tahun. Kurus dan nampak sangat lemah. Sang nenek itu nampak perhatian dengan anak itu, bahkan di selah-selah menyajikan makanan selalu memperhatikannya. Seolah mengkhawatirkan sesuatu.

Setelah selesai makan, sang dokter dan rombongannya pun pamit dan berterima kasih. Tentu tidak lupa memberikan uang ala kadarnya kepad tuan rumah. Tapi sebelum keluar rumah, sang dokter bertanya: "siapa gerangan anak itu dan apakah dia sakit"?

Sang nenek nampak menghela napas, melihat kembali ke anak itu, dan sambil meneteskan airmata berkata: "Ini anak yatim. Cucu saya juga. Ibunya meninggal setelah diceraikan suaminya hanya 4 bulan setelah melahirkan".

"Apakah dia sakit nek?" tanya sang dokter.

"Iya. Anak ini sakit lama. Dan berbagai upaya sang nenek telah lakukan. Bahkan apapun yang dimilikinya telah dijual untuk pengobatannya", katanya.

"Di negara ini hanya ada satu dokter yang bisa menangani penyakitnya. Tapi tidak mungkin. Dia jauh dan saya juga tidak punya biaya", lanjutnya.

"Yang saya bisa lakukan hanya berdoa kepada Allah. Saya berdoa dalam tahajjud saya, semoga Allah mengirimkan dokter yang bisa menyembuhkan cucu saya", katanya sambil berurai air mata.

Sang dokter itu diam, menyimak setiap kata yang keluar dari mulut sang nenek.

"Nek, siapa nama dokter itu?", tanya dokter itu.

Sang nenek mengusap airmata lalu berkata: "saya dengar namanya Dr. Ishom di Islamabad".

Mendengar itu, sang dokter menangis dan bersujud kepada Allah. Ternyata nama "Ishom" didengar Allah melalui doa nenek itu. Dan dengan cara Allah Dr. Ishom itu dihadirkan ke nenek yang meminta. Dari udara memburuk, pesawat rusak dan mendarat, hingga terjatuhnya mobil truk itu ke dalam lumpur, ditemukanlah rumah sang nenek dan cucunya....

Subhanallah. Doa seorang hamba tidak pernah disia-siakan. Dao seorang hamba yang mukmin, ikhlas dan sungguh-sungguh pasti dikabulkan dengan cara Allah yang kerap kita tidak ketahui.

"Dan jika hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, katakan: sungguh Aku dekat. Aku mengijabah doa hamba yang berdoa. Maka hendaknya mereka memenuhi ajakanKu, beriman kepadaKu. Mudah-mudahan mereka mendapat petunjuk (jalan keluar)" (Al-Baqarah: 186).

New York, 26 Pebruari 2016

Comments

Popular posts from this blog

Cerita dibalik Doa Akasah

Kosa kata bahasa Jawa yang sangat kaya

Cara mensikapi bencana alam